Sabtu, 01 November 2014

TIPS MENULIS FIKSI

CATATAN FARICK ZIAT,  Editor Majalah Gadis
link gambar www.mindmapinspiration.com

Semua Catatan Farick Ziat ini saya copas atas izin Mas Farick dari FB-nya tanpa tambahan dan pengurangan, kecuali tambahan gambar/foto.



CATATAN 1
Kau takkan temukan bahasa yang indah jika kau menulis dalam bahasa alay. Percayalah. Ini bukan masalah suka dan tak suka. Tapi, bisa kau bayangkan, saat seorang tokoh mengungkapkan perasaannya dengan bahasa alay. Pasti tak kau temukan nuansa romantisnya.
Sayangnya, bahasa alay inilah yang mewabah belakangan ini di kalangan penulis baru.Ini menjadi tren. Semangat agar diakui sebagai anak gaul, aku kira, yang melatarinya. Salahkah? Tidak juga. Ada beberapa media yang menyukainya. Namun, jelas ada risikonya. Karyamu akan terasa asing saat tren berubah. Entah dengan bahasa apa lagi.
Jadi, gunakanlah bahasa dengan baik agar karyamu tak terasa asing saat zaman berubah. Saat bahasa alay berubah menjadi usang dan asing

CATATAN 2
Mengakhiri konflik dengan dramatik/tragis memang menarik. Meski kadang terasa abai di logika. Misalnya pertengkaran yang berakhir dengan salah satu tokoh menabrakkan diri pada kereta. Lalu, karena menyesal, tokoh satunya gantung diri. Tragis, kan? Namun, dapat dipastikan, dahimu akan berkerut seusai membacanya. Terasa tak masuk logika.
Yah, saat kau meragukan logika yang dipakai dalam bercerita, saat itu pula karya yang kau baca akan terasa mengada-ada dan runtuh keindahannya. Dan ini yang kerap terbaca pada karya penulis baru. Mereka asyik membangun konflik dan mengakhirinya dengan dramatik. Lupa pada unsur yang paling utama dalam cerita: logika.
Jadi, tak perlulah mencari tema yang bombastis dalam menulis. Tema sederhana, yang akrab dengan keseharian , jika kau mampu mengolahnya, pasti akan meninggalkan kesan indah pada pembacanya. Percaya

CATATAN 3
Menulis tentang perasaan seseorang yang sedang menanti kekasihnya di ujung jalan memang mengasyikan. Bisa berlembar-lembar kita menggambarkan kerinduan dan kegelisahannya. Begitu pula dengan tokoh yang sedang menulis surat cinta. Ini bagian yang asyik saat menulis.
Tapi, saat ini, di zaman serba teknologi ini, hal-hal yang asyik itu bisa jadi tinggal kenangan saja. “Kan ada hape? Tinggal sms, bbm dan telepon,” begitu, mungkin, pikirmu. Dan pertanyaan itu jadi terasa mengganggu. Membuat ragu. Kita dituntut mencari alasan yang masuk di akal tentang situasi dan kondisi yang terjadi pada bagian itu agar tulisan tak terasa basi.
Jadi, hindarilah bagian yang akan membuat karyamu berjarak. Teknologi memang telah membunuh beberapa sisi romantis dalam fiksi. Di antaranya, kegelisahan menanti dan surat cinta itu.

CATATAN 4
Ingat. Kau tak perlu sibuk mencari ending kalau kau belum menemukan opening. Dan, seperti kau tahu, opening alias alinea pertama itu, selalu menjadi penentu untuk kelancaran tulisanmu sekaligus penentu apakah karyamu menggoda untuk dibaca atau diabaikan. Tak hanya itu, alinea pertama ini kerap menjadi rambu yang –tanpa disadari—membuat kau sering berhenti untuk memulai sebuah tulisan.
Kau juga akan mudah menemukan jejak penulis baru dari alinea pertama itu. Biasanya tulisannya berputar tanpa arah yang jelas dan memaksakan agar dibilang bahasanya puitis. Misal, “Saat cahaya malam redup, bayangmu menemani langkahku yang gontai menyusuri jalan. Senyummu membuatku perih dan duduk termangu mengingatmu… bla bla bla” Pasti dia memikirkan kalimat ini dengan amat serius agar dipuji bagus. Sayangnya, pembaca keburu tak sabar ingin segera pindah halaman.
Jadi, mulailah alinea pertamamu tanpa bertele-tele, meniadakan yang remeh temeh, langsung menebar racun yang membius hingga alinea terakhir.

CATATAN 5
Ketika alur mencapai titik konflik, kau dihadapkan pada pilihan: mengakhiri dengan sedih, bahagia atau biarkan mereka bermain dengan imajinya sendiri. Pilihan ini tak berkaitan dengan mana yang lebih baik. Semuanya punya alur imaji yang berbeda. Dan kau bebas menentukan pilihan yang pas dengan suasana hatimu.
Mengakhiri cerita dengan terbuka – di mana kau memberi ruang bagi pembaca untuk larut dengan imajinya sendiri – bisa menjadi pilihan bijak. Biarkan mereka menentukan sendiri nasib sang tokoh. Biarkan imajinya ikut bermain. Dan aku percaya, suasana hati yang akan menuntun arahnya.
Jadi, saat situasi ini kau temui, biarkan imajimu menentukan pilihannya. Percayalah. Semuanya punya keasyikan yang beda.

CATATAN 6
Saatnya melupakan cerita yang berawal dari kejadian tak sengaja. Tabrakan di toko buku, misalnya. Ini sudah terlalu sering. Kelanjutannya sudah bisa diduga. Pasti kenalan. Saling terpukau. Lalu bertukar nomor dan janjian. Ini tak lagi istimewa. Malah terkesan usang. Basi.
Sebagus apa pun kau gambarkan kejadian tak sengaja itu, tetap saja kau dianggap meniru, Sia-sia kau yakinkan mereka jika itu tak benar. Sebab, kejadian semacam itu sudah terlalu sering dituliskan Dan itu akan membuat perasaanmu tak nyaman. Merasa karyamu sia-sia.
Jadi, sebelum kau kecewa, lupakanlah menulis cerita yang berawal dari kejadian tak sengaja. Banyak peristiwa lain yang bisa kau pilih.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung dan memberi komentar.