Senin, 20 Januari 2014

Her Beautiful Eyes dari Sudut Pembaca

Ini adalah komentar Mbak Yulina Trihaningsih setelah membaca Her Beautiful Eyes.

Her Beautiful Eyes buat aku betah baca dari halaman pertama sampai terakhir. Tulisannya ringan, tapi padat dan sarat makna. Aku banyak dapat ilmu dari buku ini. Mulai dari bisnis, handycraft, batik, difabel. Gak lupa jalan-jalan keliling Solo dan sekitarnya, plus kuliner dan jatuh cinta sama tokoh utama pria *teuteup


Jadi mikir, kayaknya penulisnya doyan jalan-jalan, yak? 

Ini kalimat-kalimat Hakam yang aku suka:

"Seandainya tidak terlalu siang datangku, pasti aku akan meminta penghulu sekalian menikahkan kita."

"Aku ingin merasakan dan memahami seperti apa sih pahitnya hidupmu melalui kopi favoritmu. Kamu juga harus merasakan manisnya hidupku melalui tehku."

"Ternyata delapan jam masih kurang. Aku ingin kamu ada untukku 24 jam sehari, sepanjang hidupku." *eaaa, rodi, dong? hehe, just kidding, Mbak

Dan masih banyak kalimat Hakam yang jadi favoritku

Ikut haru dan masuk dalam perasaan Tiara. Melihat dunia dari mata dan perasaan Tiara. Adegan dengan Hakam juga buatku ikut berdebar. Setting tempat-tempatnya kuat, dan gak bikin aku seperti lagi baca buku paket atau brosur perjalanan

Nah, tadinya aku berharap ada sedikit cerita reaksi ortu Hakam tentang pilihan Hakam. Bukan hanya dari keyakinan Hakam kalau ortunya pasti setuju dan menerima Tiara. Apa yang akhirnya membuat ibu Hakam jatuh cinta juga pada Tiara. Karena, hal ini juga, kan yang selalu dikhawatirkan Tiara. Penyelesaian cerita antara Tiara dan Anta, juga Tiara dan Hakam jadi terasa cepat dan penuh di bab-bab terakhir. *ya ampuuun, ini pembaca rewel banget

Secara keseluruhan, novel ini menyentuh dan menginspirasiku. Banyak banget quote yang aku suka. Bagaimana kita selalu positif memandang hidup, dan mencoba membalik dan melihat sesuatu dari sudut pandang.


Terima kasih Mbak Yulina.
Kritiknya akan saya catat sebagai pelajaran menulis berikutnya.*saya bold buat pengingat :D