Minggu, 22 Januari 2012

Belajar Menulis Cerita Fabel

Agenda di FB Komunitas Pabers setiap hari Jum'at adalah Kursi Hangat. Di sini anggota boleh menmposting satu cerita untuk kemudian dikritisi oleh anggota (terutama moderator). Kebetulan saya sedang berjuang untuk menulis fabel, jadi dokumen ini penting untuk saya simpan dalam blog pribadi.


******  DOMBI *****
karya Izzah Annisa

Pagi yang cerah. Sinar matahari mulai menguapkan embun di padang rumput Hijau Asri. Tak lama kemudian, serombongan keluarga domba tampak asyik menikmati sarapan mereka. Namun Dombi si anak domba, memamah rumput dengan malas pagi itu. Padahal, biasanya Dombi selalu makan dengan lahap. Apalagi bila bertemu rumput kesukaannya.

“Dombi, apa kau sedang sakit, Nak?” tanya mama cemas.
“Tidak, Ma, aku baik-baik saja. Tapi…” Dombi tidak melanjutkan kalimatnya. Mama berhenti memamah rumput dan mendekati Dombi. Dielusnya rambut putih Dombi yang halus dan ikal.
"Dombi bosan makan rumput, Ma...." lanjut Dombi sambil menatap mama. Mama terdiam sesaat.
“Dombi, suatu hari engkau akan tahu alasan mengapa kita hanya makan rumput.” ujar mama kemudian sambil tersenyum.

Sore harinya, Dombi main ke rumah Bonti. Bonti adalah seekor anak kucing yang tinggal bertetangga dengan Dombi dan keluarga. Ketika Dombi datang, Bonti sedang makan dengan sangat lahap di beranda rumahnya.

“Hai, Dombi, apa kau mau ikut makan denganku?” sapa Bonti.
“Terimakasih, Bonti” ujarnya sambil duduk di samping Bonti. Diperhatikannya  Bonti yang sedang makan. Bonti memang kucing yang istimewa. Tubuhnya besar, ekornya panjang,  bulu putihnya pun sangat lebat dan halus. Kata mama, Bonti dan keluarganya berasal dari Persia. Mereka biasa dikenal dengan sebutan kucing Anggora. Makanan Bonti juga tidak sembarangan. Lihatlah daging-daging yang ada di piringnya. Aromanya yang sedap membuat Dombi tergerak ingin mencicipinya.

“Ayolah, Dombi, jangan malu-malu, kau pasti akan menyukainya” tawar Bonti begitu melihat Dombi yang kelihatannya mulai tertarik dengan menu makanannya.
“Baiklah”, sahut Dombi sambil menjilat sejumput daging di piring Bonti.

“Hm, ternyata enak…”  bisik Dombi dalam hati. Dombi mencoba melahap daging tersebut dan menelannya. Tapi mendadak Dombi berhenti makan. Matanya melotot, tenggorokannya terasa bagaikan dicekik.
“Ada apa, Dombi?” Bonti menatap cemas. Dombi tidak menjawab. Ia hanya memegangi lehernya dan terlihat seperti sedang kesulitan bernafas.
“Eeeekkhh…. Eeeekhhh...” Dombi mencoba berteriak, tapi suaranya tertahan di tenggorokan.
“Ya ampun, Dombi, makanan itu tersangkut di tenggorokanmu!” seru Bonti panik. Dia lalu berteriak memanggil mamanya. Bibi Pusi, mamanya Bonti, tergopoh-gopoh mendatangi.

“Ada apa, Bonti? Hah, Dombi kenapa?” Bibi Pusi kaget melihat Dombi yang melotot memegangi lehernya. Sambil menangis, Bonti menjelaskan kepada mama bahwa Dombi tersedak makanan. Bonti merasa bersalah telah mengajak Dombi makan.
“Tenang, Bonti, mama akan menolong Dombi” dengan cepat Bibi Pusi mendekati Dombi.
Bonti memperhatikan apa yang dilakukan mamanya. Bibi Pusi memegang kaki belakang Dombi dan mengangkatnya ke atas. Kemudian bibi Pusi meminta Bonti untuk menepuk-nepuk tengkuk Dombi. Plok… plok..., Bonti menepuk-nepuk tengkuk Dombi.
 “Hueeks!”segumpal daging meluncur keluar dari mulut Dombi yang terbuka.
“Alhamdulillah, Dombi, akhirnya kamu bisa diselamatkan,” kata Bibi Pusi sambil memeluk Dombi.
“Terimakasih, Bibi Pusi” balas Dombi sambil terengah-engah. Perlahan-lahan wajahnya mulai memerah.
“Maafin aku ya, Dombi. Semua ini gara-gara aku” sesal Bonti.
“Sudahlah, Bonti. Ini semua bukan salahmu” tukas Dombi.

Bibi Pusi lalu menyuruh Bonti untuk mengantar Dombi pulang. Begitu tiba di rumah, Dombi langsung berlari memeluk mama yang saat itu sedang berada di halaman. Dombi pun menangis di pelukan mama.

“Ada apa, Dombi?” tanya mama heran. Dombi tidak menjawab, dia terus menangis. Bonti lalu menjelaskan kepada mama Dombi tentang peristiwa yang baru saja dialami Dombi.
“Maafin Dombi, Ma” lirih Dombi di sela isak tangisnya.
Mama menatap Dombi dengan sayang.
“Tidak apa-apa, Dombi. Mama bersyukur Dombi selamat” ujar mama tersenyum.

Hari itu, Dombi mendapatkan pelajaran berharga dalam hidupnya. Dia kini sadar, bahwa dia adalah seekor domba yang makan dengan memamah rumput. Dombi belajar untuk menerima dan mensyukuri semuanya. Sejak saat itu, Dombi tidak pernah mengeluh lagi saat makan dan kembali makan rumput dengan sangat lahap.

Krisan (Kritik dan Saran) yang saya rangkum dari berbagai komen teman-teman:

1. Alur cerita ini sudah benar. Cuma pokok pikiran di paragraf pertama kurang jelas, yg dibicarakan 'pagi yang cerah' atau 'rumput kesukaan'? Ada 2 pokok pikiran dalam satu paragraf deh itu kayaknya.

2. Tentang kalimat Pembuka
Kalimat awal yang klise, tidak menarik. Pagi yang cerah. Sinar matahari bla bla bla.... bikin ngantuk. :)
"Tak lama kemudian" menunjukkan pergerakan waktu. Dari titik A ke titik B. Tapi apa yang bergerak di sini? Keluarga domba tampaknya sudah asyik di sana. Coba rasakan bedanya dengan contoh ini:
Tak lama kemudian, turunlah hujan.
Tak lama kemudian, muncul serombongan domba dari sudut padang.


3. Tentang Nama Tokoh Cerita

Dombi Domba? Tipikal nama binatang dalam fabel Indonesia. Kiki Kelinci, Tupi Tupai, dst. Nggak ada yang salah. Aku dulu juga menamai Bingi untuk bangau. Tapi yakinkah nama ini dipilih dengan penuh pertimbangan? Atau karena merasa harus seperti itu polanya? Tak ada aturan untuk memberi nama hewan. Jangan terjebak pola yang sudah ada. Feel free, be creative. Main-mainlah dengan rima, aliterasi, atau anagram.

4. Show Not Telling  

Kalimat-kalimat selanjutnya sangat telling. Bukan show. Malas, lahap, kesukaan. Tunjukkan bagaimana malas itu. Bagaimana lahap itu. 

5.  Tentang Konten

 Apakah domba cuma makan rumput? Domba juga makan dedaunan lain, misalnya daun pisang, daun mawar, daun ubi...dst. Kalau bosan rumput, Dombi bisa disarankan mamanya makan daun saja. hehehe. Jadi, bisa diceritakan bahwa Dombi memang sudah bosan semua tetumbuhan, bukan cuma rumput.

Rumput kesukaan. Oke. Berarti ada rumput yang tidak disukai juga. Karena memang rumput juga banyak jenisnya. Ini bisa digunakan untuk mempertajam kebosanan dan memotivasi Dombi untuk mencoba daging.

"Kamu akan tahu sendiri alasannya kenapa kita cuma makan rumput." Good, Mama tak berceramah. Ini menarik.

Di akhir cerita, Dombi pun tahu kalau makan daging dia bisa kesedak. Pelajaran berharga. Tapi kenapa menangis dan meminta maaf, ya? Lha dia, kan, nggak salah.

  Kalimat-kalimat akhir juga sangat menyimpulkan buat pembaca. Ini tidak perlu.


6. Logika Cerita


Coba cek lagi data tentang kucing anggora. Akurasi data penting banget dalam fiksi. Misalkan cerita udah bagus, tapi data melenceng, pembaca bisa malas melanjutkan untuk membaca. Kucing anggora berasal dari Turki dan kucing persia berasal dari Persia. keduanya punya ciri yg berbeda. Ciri yg disebutkan di atas (tubuh besar) lebih mengacu pada kucing persia.S edangkan kucing anggora bertubuh sedang dan langsing. coba lihat data ini http://info-pets.blogspot.com/2011/01/kucing-anggora.html dan http://www.ehow.com/info_8631519_differences-between-angora-persian-cats.html  

*Mengenai ukuran hewan, sifat, kebiasaan dan sebagainya ada dalam postingan berikutnya yaitu mengenai Perbedaan Fabel Tradisional dan Modern. Cekidot.*

1 komentar:

  1. Widiiih, aku baru tahu kalau cernak sekaligus karya pertama yang kutulis dan dibahas di PBA diposting di sini. Sesuatu banget! Hatiku mendadak seperti sedang musim semi, bunga2 bermekaran di setiap sudutnya. Ini semacam kenangan manis. Menjadi jejak yang membuktikan bahwa aku melalui proses panjang hingga menjadi seorang penulis buku anak seperti sekarang. Makasiiih, Mbak Rien. :-*

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung dan memberi komentar.