Ini adalah komentar Mbak Yulina Trihaningsih setelah membaca Her Beautiful Eyes.
Her
Beautiful Eyes buat aku betah baca dari halaman pertama sampai
terakhir. Tulisannya ringan, tapi padat dan sarat makna. Aku banyak
dapat ilmu dari buku ini. Mulai dari bisnis, handycraft, batik, difabel.
Gak lupa jalan-jalan keliling Solo dan sekitarnya, plus kuliner dan
jatuh cinta sama tokoh utama pria *teuteup
Jadi mikir, kayaknya penulisnya doyan jalan-jalan, yak?
Ini kalimat-kalimat Hakam yang aku suka:
"Seandainya tidak terlalu siang datangku, pasti aku akan meminta penghulu sekalian menikahkan kita."
"Aku
ingin merasakan dan memahami seperti apa sih pahitnya hidupmu melalui
kopi favoritmu. Kamu juga harus merasakan manisnya hidupku melalui
tehku."
"Ternyata
delapan jam masih kurang. Aku ingin kamu ada untukku 24 jam sehari,
sepanjang hidupku." *eaaa, rodi, dong? hehe, just kidding, Mbak
Dan masih banyak kalimat Hakam yang jadi favoritku
Ikut
haru dan masuk dalam perasaan Tiara. Melihat dunia dari mata dan
perasaan Tiara. Adegan dengan Hakam juga buatku ikut berdebar. Setting
tempat-tempatnya kuat, dan gak bikin aku seperti lagi baca buku paket
atau brosur perjalanan
Nah,
tadinya aku berharap ada sedikit cerita reaksi ortu Hakam tentang
pilihan Hakam. Bukan hanya dari keyakinan Hakam kalau ortunya pasti
setuju dan menerima Tiara. Apa yang akhirnya membuat ibu Hakam jatuh
cinta juga pada Tiara. Karena, hal ini juga, kan yang selalu
dikhawatirkan Tiara. Penyelesaian cerita antara Tiara dan Anta, juga
Tiara dan Hakam jadi terasa cepat dan penuh di bab-bab terakhir. *ya
ampuuun, ini pembaca rewel banget
Secara
keseluruhan, novel ini menyentuh dan menginspirasiku. Banyak banget
quote yang aku suka. Bagaimana kita selalu positif memandang hidup, dan
mencoba membalik dan melihat sesuatu dari sudut pandang.
Terima kasih Mbak Yulina.
Kritiknya akan saya catat sebagai pelajaran menulis berikutnya.*saya bold buat pengingat :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung dan memberi komentar.