Membuka Tempurung
Ketika tawaran untuk bergabung dalam tim redaksi majalah
remaja GirlieZone pada akhir tahun 2009, mau tidak mau saya harus memiliki
referensi yang memadai. Maka salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan
layanan internet. Karena saya juga bekerja “8-4” sebagai editor tetap di sebuah
penerbitan, praktis menulis untuk majalah saya lakukan di malam hari. Untuk
mempermudah mengakses internet di malam hari itu, warnet tak lagi bisa saya andalkan.
Maklum saya seorang ibu dengan dua anak. Setelah 8 jam bekerja di luar, tak
mungkin rasanya harus meninggalkan rumah lebih lama lagi. Karenanya, saya memutuskan
memasang sendiri internet di rumah. Saya memanfaatkan layanan salah satu produk
speedy yang telah dimodifikasi oleh seorang tetangga menjadi jaringan RT-RW
net. Alhamdulillah, selain tagihannya yang supermurah dengan akses unlimited,
kecepatannya tak kalah dengan warnet yang selama ini saya kunjungi.
Berawal dari sinilah,
internet tak hanya mempermudah pekerjaan saya sebagai redaksi, tetapi sekaligus
juga membuka tempurung yang selama bertahun-tahun melingkupi. Saya mulai
terhubung dengan para editor andal dan penulis yang selama ini hanya saya kenal
melalui buku-buku mereka. Jujur saya memang ngos-ngosan mengejar ketertinggalan
dalam dunia editing dan tulis menulis. Alhamdulillah internet membantu saya
mengejar ketertinggalan itu sedikit demi sedikit.
Workshop menulis first novel di Jogja bersama Bambang Trim (komporis buku) |
Rumahku Kantorku
Internet telah memangkas jarak dan mengefisienkan waktu,
sehingga meski hanya duduk di kursi, saya bisa menjelajah dunia, meraup ilmu
hampir tanpa batas. Bahkan saya dapat belajar menulis secara online di WinnerClass LinePro bersama teman dari berbagai daerah. Proses belajar dilakukan dalam
suasana santai dan menyenangkan dipandu cikgu Ali Muakhir.
Kemudahan inilah yang memicu saya untuk kembali ke khittah, komitmen
pada keinginan semula: menjadi full time
mom sekaligus berpindah ke kuadran 3 (sebagai freelancer). Maka menjelang tahun 2012 saya memutuskan menjadikan
“rumahku kantorku”. Sungguh, tiga hal penting saya dapatkan dengan keputusan
ini:
- Lebih dekat (baik fisik maupun jiwa) dengan keluarga (anak dan suami).
- Tetap dapat bekerja dengan waktu yang lebih fleksibel.
- Dapat berhubungan dengan klien dan menerima order dengan lebih efektif dan efisien.
- Dapat membantu bisnis on-line suami.
Resolusi Juara 2012
Pada tahun 2012 ini, dengan dukungan internet saya ingin
menjadikan menulis sebagai profesi utama (selain menjadi editor freelance).
Minimal empat buku harus saya selesaikan sepanjang tahun 2012 dan beberapa ide
cerpen yang telah mengendap di kepala menunggu untuk direalisasikan dalam
bentuk tulisan pula.
Internet juga menjadi sarana pendukung bagi saya untuk lebih
memaksimalkan peran sebagai ibu, istri, sekaligus pekerja (freelancer).
Jadi, Resolusi Juara 2012 adalah “Bunda Berkarier dari
Rumah? Bisaaa!”
Allo selamad malam bunda. Ayo2, semangad dalam proses kreatif. Meskipun dirumah, tapi dunia seakan dalam genggaman karena adanya internet. Hihi. Ditunggu karyanya yaah!
BalasHapusmenjadi ibu rumah tangga dan berkarir di rumah adalah multi peran yang mulia
BalasHapuskarir jalan terus keluarga terurus, hebat
BalasHapusitulah kelebihan wanita dibanding pria...dengan kemampuan multitaskingnya konsep "rumahku kantorku" adalah idaman para ibu dan kebanggaan para bapak.
BalasHapusSetuju Mbakyuuuuu.....
BalasHapusMangstaabb....!!!!
BalasHapusSudah sejak 2006 sy work from home. Awalnya masih memanfaatkan kamar depan buat kantor dan sekarang sudah punya ruang kantor kecil2an yang dulunya beranda rumah...xixixiixi
BalasHapushalo sis
BalasHapusane mau ngundang tuk ikutan kontes blog
Ga pake ribet kok sis..
kalo minat, kunjungi link di bawah ini
http://id.carmall.com/id/main/contest
ikutan ya sis dan semoga menang
thanks